Guru Ikut Mem-Bully, Masih Pantaskah Disebut Guru?- Di Indonesia kian marak terjadi kasus-kasus "kekerasan" guru terhadap siswa. Hal ini menimbulkan solidaritas yang tinggi antar sesama pendidik untuk mendukung sahabat seprofesi. Akhirnya timbul lah gebrakan dari para guru untuk menyelamatkan "martabat"nya.
Ada yang membuat surat perjanjian antara siswa dengan sekolah, padahal hal ini menunjukkan "lemah"nya kedudukan guru di mata siswa, dengan kata lain bisa disebut menyerah sebelum berperang.
Ada juga yang membully siswa tersebut dari Sabang sampai Meraoke. Kalau yang membullly itu orang yang kurang pendidikannya ya bisa dimaklumi. Nah yang jadi permasalahan adalah mereka yang sarjana berprofesi seperti guru juga ikut membully sampai terlewat batas. Ingat kita (guru) adalah pendidik, bukan pembully. Tentu kita (guru) semua paham bagaimana dampaknya terhadap anak.
Berikut sedikit penjelasan tentang dampak bully terhadap anak,
Bullying adalah fenomena sosial yang rumit yang memiliki dampak yang bisa jauh mencapai pada korban dan pelaku. Dengan demikian, istilah dari ejekan/olokan ini kini mulai mendapat perhatian serius diseluruh dunia; banyak penelitian telah dilakukan dalam upaya untuk memahami efek bully secara mentalitas pada para korban dan pelaku. Misteri bullying ternyata lebih rumit dari faktanya, bahwa sepertinya ada yang absolut ekonomi, sosial, atau bahkan ras. Siapapun bisa menjadi korban dan juga siapa saja bisa menjadi pelaku. Hal ini membuat sangat sulit bagi para peneliti untuk menentukan faktor risiko dan cara intervensi. Salah satu hal yang pasti tentang bullying adalah bahwa korban sering mengalami ketakutan emosional dalam jangka panjang sebagai akibat dari pengalaman masa lalu mereka.
Dr Randy A. Sansone, seorang profesor di Departemen Psikiatri dan Internal Medicine di Wright State University di Dayton, Ohio, mengatakan pada Konsekuensi Bullying “Pasca dibully, korban bisat mengembangkan berbagai gejala psikologis serta Gejala somatik, beberapa di antaranya bisa bertahan hingga mereka dewasa. Efek psikologis jangka panjang ini sangat mengganggu bagi masyarakat, bahkan peningkatan penembakan di sekolah dalam beberapa dekade terakhir(Amerika). Banyak pelaku penembak dalam insiden ini dilaporkan telah diganggu/bully selama bertahun-tahun sebelum mereka akhirnya hilang kesabaran, dan mengakibatkan dorongan kekerasan pada mereka sendiri. Bullying adalah masalah yang cukup serius, dan tidak bisa lagi dianggap sebagai masalah anak-anak yang harus ditangani di tempat bermain. (www.tipscaraterbaik.com)
Ada yang membuat surat perjanjian antara siswa dengan sekolah, padahal hal ini menunjukkan "lemah"nya kedudukan guru di mata siswa, dengan kata lain bisa disebut menyerah sebelum berperang.
Ada juga yang membully siswa tersebut dari Sabang sampai Meraoke. Kalau yang membullly itu orang yang kurang pendidikannya ya bisa dimaklumi. Nah yang jadi permasalahan adalah mereka yang sarjana berprofesi seperti guru juga ikut membully sampai terlewat batas. Ingat kita (guru) adalah pendidik, bukan pembully. Tentu kita (guru) semua paham bagaimana dampaknya terhadap anak.
Berikut sedikit penjelasan tentang dampak bully terhadap anak,
Bullying adalah fenomena sosial yang rumit yang memiliki dampak yang bisa jauh mencapai pada korban dan pelaku. Dengan demikian, istilah dari ejekan/olokan ini kini mulai mendapat perhatian serius diseluruh dunia; banyak penelitian telah dilakukan dalam upaya untuk memahami efek bully secara mentalitas pada para korban dan pelaku. Misteri bullying ternyata lebih rumit dari faktanya, bahwa sepertinya ada yang absolut ekonomi, sosial, atau bahkan ras. Siapapun bisa menjadi korban dan juga siapa saja bisa menjadi pelaku. Hal ini membuat sangat sulit bagi para peneliti untuk menentukan faktor risiko dan cara intervensi. Salah satu hal yang pasti tentang bullying adalah bahwa korban sering mengalami ketakutan emosional dalam jangka panjang sebagai akibat dari pengalaman masa lalu mereka.
Dr Randy A. Sansone, seorang profesor di Departemen Psikiatri dan Internal Medicine di Wright State University di Dayton, Ohio, mengatakan pada Konsekuensi Bullying “Pasca dibully, korban bisat mengembangkan berbagai gejala psikologis serta Gejala somatik, beberapa di antaranya bisa bertahan hingga mereka dewasa. Efek psikologis jangka panjang ini sangat mengganggu bagi masyarakat, bahkan peningkatan penembakan di sekolah dalam beberapa dekade terakhir(Amerika). Banyak pelaku penembak dalam insiden ini dilaporkan telah diganggu/bully selama bertahun-tahun sebelum mereka akhirnya hilang kesabaran, dan mengakibatkan dorongan kekerasan pada mereka sendiri. Bullying adalah masalah yang cukup serius, dan tidak bisa lagi dianggap sebagai masalah anak-anak yang harus ditangani di tempat bermain. (www.tipscaraterbaik.com)
0 Response to "Guru Ikut Mem-Bully, Masih Pantaskah Disebut Guru?"
Post a Comment